Kukira “a” Ternyata “A”

Gambar
  Sore itu saya bengong dikit, tiba-tiba kepikiran ucapan guru waktu SD, SMP, dan SMA yang ditujukan ke saya dan ucapan itu sama-sama disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung. Saat SD , ada semacam ujian lisan namun diberikan studi kasus yang dijawab menggunakan penalaran. Seluruh siswa menyimak. Setelah saya jawab, Guru SD bilang: “wah, pinter juga kamu yah” (dalam hati berkata, padahal saya cuma ceplas ceplos aja). Waktu SMP , ada guru Bahasa Inggris yang suka bercanda dan melakukan hal-hal random. Suatu Ketika, saya diminta untuk maju kedepan menghadap teman-teman. Kemudian beliau merangkul saya sambil berkata: “Kalian lihat si Rahmat ini, menurut saya pas gede anak ini ganteng. Menurut kalian gimana?” (dalam hati ini yang paling mustahil dan malu banget coyy xixix :D). Waktu SMA , ada guru Fisika kalau saya tidak salah, yang berkata sambil menjuk ke saya: “Saya yakin kamu pasti sukses pas kuliah dan setelahnya” (saya melihat kebelakang agar tidak ke-GR-an, ternya...

MENTAL HEALTH DAN AGAMA: KONTRADIKTIF?

 Rumah Sakit Jiwa Aceh | Berita Apa Itu Mental Health dan Cara Menjaganya

Dulu penulis pernah sepaham, bahwa jangan bawa-bawa agama sebagai solusi dari masalah mental health seseorang.. jangan sarankan apapun berkaitan dengan agama, dan jangan salahkan iman plus ibadahnya. Apalagi mereka mengklaim bahwa mereka masih melaksanakan ritual ibadah, tapi tetap mengalami masalah mental health.

Saat itu penulis berfikir ada benarnya, karena orang yang memiliki masalah mental pada saat itu hanya butuh ketenangan. Bukan ceramah apalagi ibadah. Apalagi khawatir kalau dia malah mikir "aku udah rajin ibadah, tapi kok malah makin begini? Kok Allah ga adil" dan kemudian membawanya semakin jauh dari Allah, naudzubillah min dzalik..  Pokoknya ga ada kaitan dengan agama deh.

Kemudian beberapa waktu berselang, muncul beberapa pertanyaan dalam benak penulis:

1. Apa kira-kira penyebab penyakit ini dalam pandangan islam? Apakah penyebab dan solusi dari islam ternyata tidak selaras dengan ranah psikologi?

2. Apakah islam ada ngebahas tentang solusi ini ga ya? Baik spesifik ataupun secara umum..

3. Ini penyakit udah ada dari jaman dulu ga ya? Harusnya ada ga sih, cuma istilahnya beda atau mungkin ini ga terlalu dikeluhkan karena sifatnya non fisik?

Mungkin terkesan mabuk agama apabila semuanya dikaitkan dengan islam. Tapi sebenarnya tidak, karena islam adalah agama yang kompleks mengatur semua lini kehidupan. Allah menciptakan sesuatu, pasti ada solusi dan hikmahnya. Al-Qur'an dan hadits yang ditinggalkan, tentulah sudah dipersiapkan untuk seluruh zaman. Apalagi ini masalah hati dan jiwa.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengatakan bahwasanya dalam hal ini, Agama adalah satu-satunya solusi dan menyampingkan ikhtiar dari medis dan psikologi. Tulisan ini hanya ingin membahas, bahwasanya ada kaitan islam terkait masalah mental health.

Mari kita bahas!

Biasanya masalah mental health/gangguan psikologi seseorang berkaitan dengan future (apa yang akan terjadi) dan juga past (apa yang sudah terjadi). Apa yang sudah terjadi biasanya menyebabkan sadness/depressed (kesedihan). Sedangan gejala yang muncul berkaitan dengan apa yang akan terjadi adalah anxiety (kecemasan/overthingking).

Tidak jarang apabila hal tersebut dibiarkan berlarut larut, akan menyebabkan dampak negatif seperti kurangnya semangat hidup, merasa bersalah, takut, merasa gagal/tak berguna, bahkan sampai Gila!

Maka untuk mencegah hal tersebut, islam telah mengajarkan setiap manusia untuk beriman kepada takdirnya Allah, apapun bentuknya. Percaya bahwa "Whatever happens to me is the best for me." Baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Selama kita sudah maksimal menjalani sesuatu hal, maka pasrah dan berbaik sangka kepada Allah adalah hal kedua yang mestinya dilakukan. Tapi kalau dikondisi itu memang beraat bangeeet ngeaplikasikannya.. ga semudah kata dan tulisan.. tapi memang begitulah, kita harus belajar lebih legowo lagi..

Tanpa mengenyampingkan tinjauan psikologis yang menjadi basic pembahasan isu ini, ternyata penyebab masalah mental health ini lebih kompleks lagi dari sisi psikologi. Bahkan beberapa diantaranya sudah masuk kedalam ranah medis. Namun penulis menemukan beberapa kesamaan dari tinjauan psikologi, seperti:

"Trauma karena diskriminasi, bulliying, kekerasan rumah tangga, omongan dan penilaian orang lain, hutang, pengangguran, harapan yang tak tergapai, pernah melakukan kesalahan fatal di masa dulu, dll." 1

Beberapa hal tersebut ternyata bermuara pada 2 hal tadi, yakni past dan future.

Terus, ada ga solusi dari tinjauan islam? Baik spesifik maupun umum? Jawabannya ada:

Pertama dengan menguatkan tauhid/keimanan kita kepada Allah beserta Takdir-Nya. Seberat apapun kita berusaha, maka hasilnya telah Allah tetapkan. Dan apapun yang telah terjadi, punya hikmah untuk kebaikan kita. Karena sejatinya Allah lebih tau daripada kita.

Jadi teringat konsep stoikisme didalam buku Filosofi Teras yang intinya menyatakan bahwa “kita harus mensyukuri apa yang dimiliki dan apa yang terjadi sekarang. Juga ga perlu pusing akan hal-hal yang berada diluar kendali kita”. Biar apa? Biar hidup lebih tenang pastinya.

Kedua dengan berdoa. Karena Allah 24 Jam siap mendengar keluh kesah kita, melihat kepasrahan diri kita yang lemah. Menujukkan bahwa kita ga bisa apa-apa tanpa bantuan Allah. Dengan berdoa, maka hati akan menjadi lega. Dengan berdoa, maka tidak ada kekecewaan nantinya.

Salah satu doa, untuk mencegah datangnya kesedihan dan kekhawatiran:

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّ جَالِ

Artinya:

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang-orang."

Kemudian doa berikut ini:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

 

Artinya:

“Ya Allah, dengan rahmat-Mu, aku berharap, janganlah Engkau sandarkan urusanku pada diriku walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku seluruhnya, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau.”

Atau silahkan berdoa dengan hajat dan gaya bahasa masing-masing.

Ketiga, dengan melaksanakan amal shaleh seperti shalat, baca Al-Qur’an, dan berzikir.

Segala amal shaleh, sejatinya adalah untuk menunjukkan kepatuhan dan syukur kita kepada Allah. Sehingga dengan itu kita bisa selalu ingat kapanpun kepada Allah yang selalu mengawasi aktivitas kita. Mengawasi kesedihan dan kekhawatiran kita. Yang dengan itu, kita akan tenang dalam menjalani hidup dengan hati dan pikiran yang tenang.

Maka benarlah seperti yang Allah firmankan dalam Surah Ar-Rad ayat 28:

أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Salah satu solusi dari tinjauan psikologi adalah dengan bermeditasi setiap pagi. Untuk menenangkan pikiran, melupakan segala hal buruk, dan menyiapkan rencana yang akan dilakukan. Maka ini memiliki kesamaan dengan zikir pagi petang, istighfar, atau zikir lainnya. Dimana istighfar merupakan wasilah Allah memudahkan segala urusan dan masalah kita. Hikmahny lainnya juga karena istighfar mampu untuk membuat kita selalu minta ampun akan kesalahan kita di masa lalu, meminta ampun akan kekhawatiran di masa depan yang Allah telah atur, dan meminta ampun dari berburuk sangka akan apa yang telah terjadi. Zikir pagi petang adalah opsi terbaik, karena sudah mencakup segala zikir, istighfar, dan doa segalam macam hajat kita sehari-hari. Jangan lupa sempatkan ya..

--- Next

Ada hikmah menarik ternyata, mengapa kita disunnahkan membaca 2 ayat terakhir di dalam surah Al-Baqarah sebelum tidur, tepatnya pada ayat 285-286, selain manfaatnya kita akan diberikan kecukupan, terhindar dari gangguan setan, serta pahala yang besar2, ayat tersebut juga memberikan makna tersirat bahwa Allah tau kita tuh punya masalah dan itu tuh memang berat.. Dan Allah ingin kita meminta pertolongan ke Allah agar kita siap untuk menjalani hari esok yang mungkin lebih berat lagi.. perhatikan pada potongan ayat 286 berikut yang artinya:

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

 

Pertanyaan berikutnya:

Ini penyakit udah ada dari jaman dulu ga ya? Harusnya ada ga sih, cuma istilahnya beda atau mungkin ini ga terlalu dikeluhkan karena sifatnya non fisik?

Menurut penulis, ada….. (Ini murni dari pendapat pribadi penulis, segala kesalahan mohon diluruskan).

Masalah mental health, pasti juga dirasakan oleh orang-orang terdahulu. Karena ini adalah masalah umum dari makhluk yang bernama manusia. Sama dengan penyakit demam, pilek, dan penyakit lainnya. Hanya saja mungkin dahulu belum dikenal tuh namanya anxiety, depresi, dll. Tapi secara umum perasaan past and future tadi pasti menjangkiti orang-orang terdahulu.

Bisa jadi penyakit-penyakit ini tidak dikeluhkan atau dianggap sebagai hal yang tabu. Sehingga kebanyakan dari penderitanya tidak mau bercerita karena malu. Bisa jadi mereka beranggapan bahwa ini bukanlah penyakit medis seperti layaknya penyakit demam tadi. Sehingga mereka hanya merasakan kekacauan dan kepedihan didalam hati serta pikiran mereka sendiri.

Maka dari itu Islam mengajarkan cara serta doa untuk mencegah hal tersebut seperti yang sudah penulis paparkan diatas. Dikarenakan manusia dari jaman baholok sampai jaman now bakal beresiko ngerasain tuh yang namanya gangguan mental health.

Kesimpulan

Ada kaitan mental health dengan Agama. Meski dari sisi Islam tidak gamblang secara teori dan solusi, namun kita sepakat keduanya memiliki titik temu. Apabila kita mengalami gejala ini, maka seyogyanya untuk tetap berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah serta berkonsultasi ke psikolog sebagai bentuk ikhtiar kita.

Pengalaman penulis berkaitan dengan masalah ini

-         - Masalah yang penulis alami sendiri, sampai sekarang kadang masih mau tuh, kayak overthingking, sedih tiba-tiba, pikiran ga tenang, dll. Tapi tetep harus berfokus kepada solusi.

-    - Penulis pernah memiliki saudara yang bercerita bahwa dirinya gagal dan mau bvnvh d1rl. Tapi Alhamdulillah penulis ga ada ngejudge dia, ga ngebiarin dia, membuat dia merasa ada yang dengerin, dan tentunya bantu nyelesain masalahnya.

-      - Penulis kadang sering iseng nyariin di pencarian facebook dengan rentang waktu terbaru atau tagar di Instagram terkait kata-kata kunci mengarah kesana, seperti keinginan akun/personal untuk bvnvh d1rl, depresi, dll. Untuk sekedar mengamati dan memastikan bahwa dia pasti kuat untuk nyelesain masalahnya. Karena ga semua orang itu kuat dan tahu gimana cara untuk sembuh.

KISAH TERAKHIR

Penulis pernah dititipkan salah seorang yang divonis mengidap penyakit anxiety disorder akut, Dimana gejalanya dia takut akan apa yang belum terjadi dan merasa menyesal akan kegagalan yang pernah dilakukannya dahulu. Contohnya menyesal udah pernah nolak kerjaan karena alasan sepele seperti: takut kalau naik bus sendiri, terus busnya kecelakaan, terus ke kota yang belum pernah dikunjungi sama sekali.  Umurnya sudah 30-an dan belum menikah. Ceritanya panjang sekali, tapi akan coba penulis singkat.

Sehari-hari beliau ga bisa tenang, jalan kesana kemari, bawaannya emosi terus, kalau naik motor ngebut dan pikiran kosong, ga bisa tidur kalau ga minum obat, setiap detik nyesal, dll. Udah berkali-kali ke psikiater, bahkan sampai ketergantungan obat. Udah berkali-kali ruqyah, namun belum sembuh. Dialihkan dengan bermain HP atau aktivitas lain bisa, namun setelah itu dia akan kumat lagi. Dia juga malas mandi. Keluarganya udah angkat tangan dan minta tolong diobati dari sisi kebiasaan ibadah sehari-hari, mana tau berubah jadi lebih baik. Awalnya dia tidak mau, namun dipaksa dan ditinggal begitu saja.

Karena penulis bukan psikolog, dokter, maupun ustadz, maka penulis berupaya sebisa mungkin untuk membuat dia nyaman dulu, dengan nanya hal-hal ringan berkaitan dengan backgroundnya. Kemudian siap ngedengerin apa yang menjadi masalahnya.  Akhirnya dia cerita banyak. Tapi dia mau balik saat itu juga, dan mau kabur karena ga biasa dengan lingkunan baru. Penulis minta dia bertahan untuk beberapa waktu. Orangnya kalau ngomong 100% normal, badannya gemuk tegap berisi, ga keliatan/nyangka kalau dia adalah orang sakit atau punya masalah. Tapi lagi-lagi, ini masalah jiwa. Seseorang keliatan baik-baik saja, namun didalmnya belum tentu.

Setiap harinya diajak untuk jalan-jalan, sholat, belajar baca Al-Qur’an, dll. Ternyata beliau udah lama ga sholat, tapi MasyaAllah bacaaan Al-Qurannya bagus. Dia mengaku dulu pernah jadi imam malahan. Hari demi hari dirinya membaik dan terlihat nyaman dengan lingkungan dan aktivitas baru. Hanya saja pada satu hari saat sedang akan terapi, dirinya kepengen balik ke kampung. Dia sampai kabur untuk mencari tumpangan di jalan, penulis sempat kewalahan mencari kemana dia kabur saat itu. Alhamdulillah ketemu, saat ada orang yang bertanya kepada penulis bahwasanya ada seseorang yang minta tumpangan, barangkali penulis kenal. Penulis yang kenal lantas mengatakan kepada abang supir tersebut untuk tidak memberikan izin kepadanya.

Setelah itu penulis mengajak diskusi dia, dan bertanya apakah penulis ada salah? Apa yng ngga enak disini? Atau kenapa sampai ngelakuin itu. Akhirnya penulis bertanya beberapa hal, diantaranya:

Apakah abang mau sembuh? Kira-kira apa yang bakal ngebuat abang cepat sembuh? Tanya penulis

Terus dia ngejawab “Saya tau apa yang ngebuat saya sembuh, saya ga boleh banyak pikiran, dan ngejalanin setiap terapi yang ada. Tolong saya bang, saya mau pulang ke rumah orangtua saya, terus saya akan kerja lagi. Ngejalanin hidup normal lagi. Kalau begini rasanya saya makin pusing. Daripada saya ngelakuin hal aneh ketika ngamuk, saya gamau disini heboh, dan saya kasihan ke abang setiap saat repot ngurusin saya. Tolong bilangkan ke keluarga saya biar jemput saya dan ngantarkan ke kampung saya.”

Terus penulis jawab : “Oke bang saya paham, tapi kalau progress abang bagus disini, nanti biar saya yang pahamkan ke abangnya abang.

“Apa yang mau abang lakukan kalau udah sembuh?”

Dia jawab dengan penuh keyakinan dan sedikit berkaca-kaca

“aku ingin kembali seperti aku dahulu bang, aku mau nikah, kerja lagi, dan naikkan umroh orangtua. Makanya aku balik biar aku tenang dan cepat sembuh. Tolong bantu aku bang”

Akhirnya penulis menghubungi keluarganya, Dimana mereka barusan jengkel dengan si abg itu karena dirinya mengancam dan membentak keluarga serta ibunya agar bisa pulang. Keluarganya meminta penulis untuk menyita handphonenya dan memarahinya.

Penulis mengajak bicara dia kembali, dan membuat kesepakatan. Kesepakatannya adalah bahwa dirinya harus betul-betul berubah dan mengikuti segala rutinitas ibadah harian untuk beberapa hari kedepan. Sehingga penulis bisa ngasih kabar baik untuk keluarganya.

Beberapa hari berselang, akhirnya dia mulai membaik. Keluarganya akan menjemputnya pada hari itu. Sebelum keluarganya datang, penulis titip pesan:

“Saya tahu berat sekali sakit yang abang rasakan, saya mungkin ga sanggup. Tapi seberat apapun kondisi abang, dimanapun abang nanti, jangan lupakan sholat dan ngajinya bang. Paksain aja. Mudah-mudahan Allah kasih kemudahan abang untuk sembuh. Bisa jadi Allah lagi rindu dengan abang, biar bisa balik dan ingat ke dia lagi. Jalani janji abang setelah ini, berbaktilah pada ibu abang. Mudah-mudahan saya dengar kabar baik tentang abang nantinya. Janji, oke?” Dia tersenyum sambil mengangguk tanda sepakat.

Setelah keluarganya datang, dia mencari serta menemui penulis, kemudian menyalami penulis sambil berkata:

“Makasih ya bang, maaf ngerepotin, doakan saya semoga cepat sembuh”

Semoga Allah berikan beliau kesembuhan, dan menjaga kita dari segala macam musibah serta penyakit.. Aamiin

:)

Hidup di dunia cuma sebentar. Masalah, kesedihan, kekecewaan, ujian, sifatnya sementara. Nangislah sambil ngejalani ini semua, nangislah sambil ngadu ke Allah, karena di Surga-Nya, tidak ada lagi kekhwatiran, kesedihan, dan segala macam kelelahan di dunia.

ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَآ أَنتُمْ تَحْزَنُونَ

"Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati". (QS. Al-A’raf Ayat 49)

 

Semangat, semoga bermanfaat, barakallahu fiikum ;)

Catatan Kaki:

1 https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental

2https://rumaysho.com/11085-keutamaan-membaca-dua-ayat-terakhir-surat-al-baqarah-pada-waktu-malam.html

 (RAD, 2024)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SELERA HUMOR: KECAKAPAN AGAR JADI CAKEP

Kukira “a” Ternyata “A”