Kukira “a” Ternyata “A”

Gambar
  Sore itu saya bengong dikit, tiba-tiba kepikiran ucapan guru waktu SD, SMP, dan SMA yang ditujukan ke saya dan ucapan itu sama-sama disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung. Saat SD , ada semacam ujian lisan namun diberikan studi kasus yang dijawab menggunakan penalaran. Seluruh siswa menyimak. Setelah saya jawab, Guru SD bilang: “wah, pinter juga kamu yah” (dalam hati berkata, padahal saya cuma ceplas ceplos aja). Waktu SMP , ada guru Bahasa Inggris yang suka bercanda dan melakukan hal-hal random. Suatu Ketika, saya diminta untuk maju kedepan menghadap teman-teman. Kemudian beliau merangkul saya sambil berkata: “Kalian lihat si Rahmat ini, menurut saya pas gede anak ini ganteng. Menurut kalian gimana?” (dalam hati ini yang paling mustahil dan malu banget coyy xixix :D). Waktu SMA , ada guru Fisika kalau saya tidak salah, yang berkata sambil menjuk ke saya: “Saya yakin kamu pasti sukses pas kuliah dan setelahnya” (saya melihat kebelakang agar tidak ke-GR-an, ternya...

Memahami Makna "Dipuji Tidak Terbang, Dikritik Tidak Melayang"


"Dipuji tidak terbang,

Begitulah salah satu kutipan populer yang mungkin semua sepakat akan kebenarannya. Kalimat “Dipuji Tidak Terbang” bukan berarti seseorang yang selepas dipuji langsung memesan tiket penerbangan menggunakan pesawat, mela
inkan serupa dengan kalimat “Tetaplah membumi, walau puji melangit tinggi” yang berarti seseorang yang dipuji, jangan sampai merasa puas, berbangga diri, sampai membuat orang tersebut menjadi lebih buruk lagi.

Harus diakui, secara alami kita menyukai pujian. Misalnya kita yang berhasil mendapatkan prestasi atau memenangkan suatu kompetisi, kemudian hal tersebut lantas menuai pujian dari orang sekitar.  Namun kita harus bisa mengontrol dan tidak terbuai perasaan bangga yang berlebihan. Pujian datang tidak hanya karena suatu pencapaian, melainkan dari orang yang “lagi ada maunya” dengan kita. Contoh teman yang ingin meminjam uang dan sebagainya, kemudian menggunakan kalimat seperti “Wah kamu hari ini cantik sekali, dan keluarga kamu semuanya sehat-sehatkan?” sebagai muqoddimahnya. Padahal kita sadar bahwa muka kita jelek, mungkin. Dan itu merupakan pujian yang jelas bahayanya, hehe.

Namun tidak ada salahnya kita memuji orang lain sebagai bentuk apresiasi. Karena pujian dapat membangun relasi menjadi lebih baik. Dari hal sederhana, pujilah masakan orang tua kita, keluarga kita, pencapaian teman kita, atau pasangan kita (kalau ada). Pujilah seseorang dengan jujur, tanpa dilebih-lebihkan sampai tidak rasional. Misalnya “kamu adalah orang terhebat seantero jagat raya, suer deh” yang bisa saja membuat orang malah jadi ilfeel dan berfikir kita mau ngutang ke dia. Padahal bisa jadi alien lebih hebat, bagi yang mempercayai keberadaan alien itu sendiri. Bagi kita yang dipuji, selayaknya bisa bijaksana dan mengontrol pujian yang diterima.

Dikritik Tidak Tumbang”

Menurut KBBI, Kritik merupakan kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Semua orang harus bisa menerima kritik, dan berlapang dadalah akan hal itu. Memang kadang berat, membuat kita merasa hal itu seperti sebuah celaan dan hinaan yang menyakiti hati. Padahal engan kritik, kita mendapatkan evaluasi untuk lebih baik lagi kedepannya. Mintalah kritik pada beberapa orang, dan berbahagialah. 

Terkadang kritik lebih baik daripada pujian yang tidak jujur. Misalnya kita membuat sebuah karya, katakanlah sebuah desain. Mintalah kritik dari orang lain, terutama yang ahli di bidangnya. Karena tentu kita merasa bahwa ini sudah yang terbaik versi kita. Sehingga apabila di kritik, kita jangan merasa bahwa ini kan sudah bagus, dan tidak ada kekurangan. Sehingga dapat berujung kepada keputusasaan, menyerah, dan berhenti berkarya menjadi lebih baik lagi (baca: tumbang). Pahami dan pertimbangkan kritik dari orang lain. Itu cukup membantu kita untuk menjadi lebih baik. Seringkali kita menjadi orang yang menerima dan memberikan pujian palsu. Misalnya “oh sudah bagus banget kok!” padahal kita tahu ada beberapa kekurangan yang tidak berani kita utarakan karena takut menyinggung hati atau selalu berusaha membuat senang hati teman kita. Padahal bisa juga pujian disandingkan dengan kritik. Misalnya “karya kamu sudah bagus, tapi bagian sini masih kurang rapih nih..” giituu. Jadi kritik tidak terkesan menjatuhkan, namun disertai solusi. Itu mungkin sebaik-baik kritik.

Untuk itu, terima dan berikanlah pujian/kritik dengan bijak.

 

RAD

 

*Tulisan di blog ini hanya sekedar bualan semata. Jangan dibaca atau dibaca serius. Jangan dikutip untuk skripsi. Untuk yang membaca sampai akhir, kenapa anda bisa melakukan hal demikian? sayangi waktu anda, perbanyak baca Qur'an. Sampai ketemu di tulisan berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SELERA HUMOR: KECAKAPAN AGAR JADI CAKEP

MENTAL HEALTH DAN AGAMA: KONTRADIKTIF?

Kukira “a” Ternyata “A”